Jumat, 17 Mei 2024

Cinta Dunia Ciri dan Hadist

 

Inilah gambaran manusia yang memuja hal KeDuniawian bisa dilihat dari prilakunya dalam kehidupan kesehariannya . 

 

 

Cinta Dunia Ciri dan Hadist

 Waspada pada hal yang membuat kita kaum berIMAN untuk lupa akhirat atau mengabaikannya demi cinta dunia 

Semua itu bisa tarik benang merahnya dengan 

 

7 ciri manusia cinta dunia dan penjelasannya

Yang terkadang membutakan akal sehat

1. Mencintai dunia berarti mengagungkan dunia

Padahal ia sangat hina di mata Allâh Azza wa Jalla . 

Termasuk dosa yang paling besar adalah mengagungkan sesuatu yang direndahkan oleh Allâh Azza wa Jalla . 

 Allâh Azza wa Jalla mengutuk, memurkai, dan membenci dunia, kecuali yang ditujukan kepada-Nya. 

Karena itu, barangsiapa mencintai apa yang dikutuk, dimurkai, dan dibenci oleh Allâh Azza wa Jalla maka ia akan berhadapan dengan kutukan, murka dan kebencian-Nya. 

 

2. Mencintakan dunia sebagai pedoman hidupnya

Segala sesuatunya diukur dengan sukses keduniawian , sehingga tak bisa membedakan jebakan dunia tapi akhirat berakibat fatal.

Sering kali tanpa perantara mausia sepertinya tidak bisa hidup. Maka sebelum menerima bantuan manusia pikirkan akhirat.

Seperti ; 

Jika saya mau dapat pekerjaan bagus dan terhormat mengorbankan akhirat yakni berhutang budi

Atau mau dagangan laku minta ke pada manusia yang melakukan kemusyrikan bahkan ada yang bisa mengakibatkan murtad tetap dijalani.


3. Mencintai dunia berarti menjadikan dunia sebagai tujuan dan menjadikan amal 

Padahal ciptaan Allâh Azza wa Jalla yang seharusnya menjadi sarana menuju kepada Allâh Azza wa Jalla dan negeri akhirat berubah menjadi kepentingan dunia.


Sehingga ia membalik persoalan dan memutar kebijaksanaan. 

Di sini ada dua persoalan: 

  • Menjadikan wasilah (sarana) sebagai tujuan. 
  • Menjadikan amal akhirat sebagai alat untuk menggapai dunia. Ini adalah keburukan yang terbalik dari semua sisi. 


Juga berarti membalik sesuatu pada posisi yang benar-benar terbalik. Ini sesuai sekali dengan firman Allâh Azza wa Jalla :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا

وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, 

Niscaya Kami  berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. 

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh  balasan di akhirat kecuali neraka. 

Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hûd/11: 15-16] 

 

Bacalah juga ;

4. Mencintai dunia membuat manusia tidak sempat melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat akibat kesibukannya dengan dunia.

 

5. Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesarnya menumpuk harta 

 Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْـيَا وَهِـيَ رَاغِمَـةٌ

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, 

Maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.

Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, 

Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.[4] 


6. Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa karena dunia, 

ia disiksa pada tiga keadaan.


  • Ia disiksa di dunia dalam bentuk usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan perebutan dengan sesama pecinta dunia. 
  • Dia disiksa di alam barzakh (kubur) dan disiksa pada hari kiamat. 

 

7. Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat 

Inilah adalah gambaran orang yang paling bodoh dan paling idiot. 


Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, 

lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal

Lebih mengutamakan rumah yang segera binasa dan menukar kehidupan yang abadi yang nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang.

Sesungguhnya orang yang cerdas tidak akan tertipu dengan hal-hal semacam itu.[5] 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

مُحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى. 

 

Sebagai orang yang berIMAN maka jauhkan diri dan keluarga untuk berkata tidak pada

Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal :
 

  • Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus; 
  • Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan; dan penyesalan yang tidak pernah berhenti.[6] 
  • Meraih sukses hanya urusan dunia.

Manusia diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk beribadah.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” 

[Adz-Dzâriyât/51:56] 

Kupasan ayat diatas membuat kaum berIMAN waspada akan bujuk rayu hal dunia yang kadang hukum Alllah diotak atik maka lakukan dan hindarikan diri dan keluarga 

Serta tetap mengutamakan hal ini sebagai ;

  • Ibadah merupakan kewajiban maka habiskan waktu untuk beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. 
  • Ingat selalu , Janganlah seorang Muslim tertipu dengan dunia, sehingga dia lalai dan meninggalkan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla . 
  • Rezeki , Jodoh dan ajal sudah ditentukan oleh Allâh Azza wa Jalla , 

Meskipun demikian seorang Muslim wajib mencari nafkah sekedarnya untuk kehidupan dia di dunia. 

Akan tetapi janganlah kesibukan dia dengan usaha, dagang, kerja, dan lainnya itu membuat ia lalai dari mengingat Allâh Azza wa Jalla

Namun terkadang orang tersebut terlihat taat tapi prilakunya bisa saja mencerminkan Dajall [Gibah dan fitnah]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


Wahai orang-orang yang beriman!

Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh.

Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

 [Al-Munaafiquun/63: 9

Wajib diingat, bahwa kesibukan kita dengan ibadah kepada Allâh dengan ikhlas dan itiiba’ 

Serta senantiasa bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla akan mendatangkan rezeki dan menutup kefakiran. 

Allâh Azza wa Jalla berfirman ;

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ 


Barangsiapa bertakwa kepada Allâh niscaya Dia akan membukakan jalan keluar bagi-nya, dan 

Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya [Ath-Thalâq/65 : 2-3]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allâh Ta’ala berfirman ;

 يَا ابْنَ آدَمَ ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِـيْ أَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنًـى وَأَسُدُّ فَقْرَكَ ، وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ ‘

Wahai anak Adam! Curahkanlah (gunakanlah) waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu.


Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.’”[7] 

Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh tertipu oleh kehidupan dunia, Apalagi mengatakan kemurtadan akan dapat hidayah ?

Sebagai kaum berIMAN hendaklah ia mencurahkan waktunya untuk beribadah kepada Allâh. 

Banyak manusia yang terlalaikan sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk mengejar dunia, waktu yang digunakan mulai dari pagi hingga malam hanya untuk mengurusi dunia.

Seperti mencari nafkah,dagang, kerja, lembur, mengerjakan tugas kantor. 

Sedangkan rezeki itu datangnya dengan pasti, setiap anak yang lahir itu sudah membawa rezeki. 

Akan tetapi yang belum pasti adalah keadaan kita dihadapan Allâh pada hari Kiamat.

Apakah amal kita diterima atau tidak,apakah kita akan masuk surga atau neraka. 

Oleh karena itu, jangan jadikan dunia ini sebagai tujuan.

Orang yang tujuannya dunia akan dicerai beraikanurusannya dan dijadikan kefakiran di depan pelupukmatanya.

Sehingga ia selalu merasa kurang, tidakcukup, dan fakir, padahal Allâh telah memberikan nikmat yang banyak. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;

 مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْيَا وَهِـيَ رَاغِمَةٌ

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.
Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, 

Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.[8] 

Akan tetapi dunia tidak akan datang melainkan hanya seukuran apa yang telah Allâh Azza wa Jalla tentukan, meskipun ia telah kerja dari pagi sampai larut malam.


Adapun orang yang tujuannya adalah akhirat, maka Allâh Azza wa Jalla kumpulkan seluruh urusannya Allâh Azza wa Jalla jadikan hatinya itu merasa cukup dengan rezeki yang Allâh Azza wa Jalla berikan dan dunia akan datang dalam keadaan hina.


Orang yang bahagia adalah orang cukup dan puas dengan rezeki yang Allâh Azza wa Jalla berikan. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ 

Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rezeki yang cukup, dan dia merasa puas dengan apa yang Allâh berikan kepadanya[9] 

Orang yang beriman dengan iman yang benar, maka dia tidak suka dengan kedudukan dan jabatan, karena kecintaan manusia kepada jabatan atau kepemimpinan akan membawa kepada kerusakan.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, 

“Yang demikian karena cinta kepada kepemimpinan (kedudukan/jabatan) merupakan sumber kejahatan dan kezhaliman.”[10] 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَاذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

 

Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.[11] 

Di dalam hadits ini Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ketamakan manusia terhadap harta dan jabatan pasti akan merusak agamanya.


Ketamakan manusia kepada harta dan Kepemimpinan akan membawa kepada kezhaliman, kebohongan dan perbuatankeji. 

Bahkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Na’uudzubillah min dzalik (kita berlindung kepada Allâh dari sifat dan perbuatan demikian).


Orang-orang yang gila kepada harta, kedudukan, jabatan, dan cinta kepada dunia mereka akan menyesal pada hari kiamat, ketika mereka diberikan catatan amalnya dari sebelah kirinya. 

Semua kekuasaan, jabatan, dan hartanya tidak bermanfaat di akhirat. 

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ ﴿٢٥﴾ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ ﴿٢٦﴾ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ ﴿٢٧﴾ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ﴿٢٨﴾ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ

Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangankirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku(ini) tidak diberikan kepadaku.

Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku,Wahai, kiranya (kematian)itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku samasekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.” [Al-Haqqah/69:25-29] 

Oleh karena itu, seorang Muslim harus zuhud terhadap dunia dan qanâ’ah (merasa puas dengan rezeki yang Allâh karuniakan kepadanya).


Setiap Muslim dan Muslimah harus ingat, bahwa kita diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . 

Kita wajib meluangkan waktu kita untu  ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla . 

Kalau kita sibukkan diri kita dengan ibadah, melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allâh Azza wa Jalla akan menutupi kefakiran kita. 

Janganlah kita disibukkan dengan dunia, dengan angan-angan, cita-cita, main-main, senda gurau, dan menumpuk-numpuk harta yang membuat kita tertipu dengan dunia. 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, 

“Bentuk penyia-nyiaan terbesar (yang banyak dilakukan oleh manusia–pent) yaitu ada dua dan keduanya merupakan pokok segala penyia-nyiaan; pertama menyia-nyiakan hati, kedua menyia-nyiakan waktu.“[12] 

Banyak orang yang menyia-nyiakan hatinya dengan lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. 

Padahal dunia ini lebih jelek dari bangkai kambing, bahkan di sisi Allâh Azza wa Jalla dunia itu tidak sebanding dengan sehelai sayap nyamuk.


Dan hendaknya kita ingat bahwa dunia adalah kehidupan yang menipu dan memperdaya hati manusia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
 

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. 

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia orang yang sukses (menang).


Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”[Ali ‘Imrân/3:185] 

Hendaknya seorang Muslim zuhud terhadap dunia dan pendek angan-angannya.
Semua umur ini akan ditanya oleh Allâh Azza wa Jalla . 

Oleh karena itu jangan sampai disibukkan dengan dunia dan jangan disibukan dengan angan-angan kosong. 

Orang-orang kafir disibukan dengan dunia dan disibukan dengan angan-angan yang kosong. 

Kita disuruh untuk meninggalkan mereka, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla menyuruh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meninggalkan orang kafir.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:


ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ 


Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya) [Al-Hijr/15:3] 


Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang Muslim, maka itu akan membawa kepada indikasi yang lebih serius. 

Misalnya ia mulai menjauhi perintah Allâh Azza wa Jalla , enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras. Allâhul Musta`ân. 

Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk zuhud terhadap dunia, tidak tamak kepada dunia, tidak panjang angan-angan, tidak mengharapkan sesuatu pada apa yang ada di tangan manusia. 

Mudah-mudahan Allâh memberikan kepada kita sifat qanâ’ah, merasa cukup dan puas dengan apa yang Allâh Azza wa Jalla berikan, yang dapat kita gunakan untuk melaksanakan ketaatan kepada Allâh dan menjauhkan larangan-larangan-Nya. 

Mudah-mudahan Allâh memberikan keistiqamahan kepada kita dalam menghadapi fitnah dunia, fitnah syahwat dan syubhat. 

Mudah-mudahan Allâh memasukkan kita ke dalam Surga dan menjauhkan kita dari api Neraka.
Mudah-mudahan kutifan ini bermanfaat untuk kita semua dan menjadi amal jariah penulisnya.


 Footnote ;

[1]  Hasan shahih: HR. Ahmad, I/391, 441; 

at-Tirmidzi, no. 2377; Ibnu Mâjah, no. 4109; dan 

al-Hâkim, IV/310 dari Sahabat Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu. Imam at-Tidmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 438. 

[2]  Shahih: HR. Muslim, no. 2858 dan Ibnu Hibbân, no. 4315-at-Ta’lîqâtul Hisân dari al-Mustaurid al-Fihri Radhiyallahu anhu 

[3]  Fawâidul Fawâid, hlm. 311-313, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, tartib,ta’liq, dan takhrij Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hafizhahullah.

[4]  Shahih: HR. Ahmad, V/183; 

Ibnu Mâjah, no. 4105; 

Ibnu Hibbân, no. 72-Mawâriduzh Zham-ân; dan al-Baihaqi, VII/288 dari Sahabat Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu.

 Lafazh ini milik Ibnu Mâjah. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 950 

[5]  Diringkas dari ‘Idatush Shâbirîn wa Dzakhîratusy Syâkirîn, hlm. 350-356, Ibnul Qayyim, tahqiq dan takhrij Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah 

[6]  Ighâtsatul Lahafân, I/87-88 dan lihat Mawâridul Amân al-Muntaqa min Ighâtsatil Lahafân, hlm. 83-84

 [7]  Shahih: HR. Ahmad, II/358; at-Tirmidzi, no. 2466; Ibnu Mâjah, no. 4107 dan al-Hâkim, II/443 dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik at-Tirmidzi. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1359 dan Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb, no. 3166 

[8]   Shahih: HR. Ahmad, V/183;

 Ibnu Mâjah, no. 4105; 

Ibnu Hibbân, no. 72–Mawâriduzh Zham’ân, dan Al-Baihaqi, VII/288 dari Sahabat Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 950. 

[9]  Shahih: HR. Muslim, no. 1054 dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu 

[10]   Majmû’ Fatâwaa, XVIII/162 

[11]   Shahih: HR. at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad, III/456, 460; ad-Darimi, II/304; Ibnu Hibban, no. 3218–At-Ta’lîqâtul Hisân; ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabîr, XIX/96, no. 189; dan lainnya. Hadits ini dinilai shahih oleh at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan lainnya. 

[12]   Fawâidul Fawaaid, hlm. 385


Mudah - mudahan artikel ini menambah keIMANAN kita bersama, disajikan dalam seputar Kecerdasan Spiritual, life, SPIRITUAL MEDICINE, Jika Anda ingin membaca artikel lain tersaji dalam ;


Bacalah juga :



Kesimpulan ;

Demikian uraian singkat artikel tentang Cinta Dunia Ciri dan Hadist
Semoga bermamfaat dan menambah wawasan keImanan serta berpikir Cerdas, nantikan informasi Update
by Spiritual Medicine

Blog Post

Related Post

Bacalah float

Bacalah yang menarik

Back to Top

Cari Artikel