Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku,
Dan berteman dengan yang tak suka/ fitnah ku

Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahwa ..........
cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai,
tetapi juga orang yang dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lebah di antara dua bunga,
dekat satu sama lain;
Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari
yang tiada berawal pun tiada berakhir,
Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
Untuk Memahami Hidup memahami Spiritual
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat
kecantikan yang ada dibalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk
dengan INDAH sampai nampak lah keelokannya
Sedikit cuplikan renungan jiwa untuk Memahami hidup memahami Spiritual
Kahlil Gibran
lihatlah cara orang munafik menganggap Tuhan adalah ilusi semata.
Di sisi lain, dalam waktu bersamaan mereka tetap masih mempercayai tentang adanya ‘kebenaran abadi’.
Yakni tatkala masih ada kemurnian hati, dimana wajah mereka yang berhati suci merupakan kenyataan dari alam semesta.
Pada waktu bersamaan ia menemukan berbagai macam ketidak stabilan dan kehampaan diri.
Simpul keberadaan dunia ini adalah cermin adanya kebenaran abadi.
Perwujudan ini tidak mengenal batas apa pun tentang kesenangan, malah kesenangan tersebut didalam pandangannya menjadi tidak bermakna apapun.
Pengetahuan spiritual dipahami sebagai penggambaran minat pada persepsi tentang alam semesta, menumbuhkan cinta pada Allah Azza Wa Jalla .
Mari implemntasikan dalam gerak sebagai tarikan yang dirasakan dari dorongan kuat ini membuat orang melupakan segalanya dan memberikan pengaruh dalam hati dan qalbumu.
Hal tersebut memberikan pedoman dalam keimanan kepada Sang Khalik dengan lebih nyata,
dibandingkan dengan semua yang dapat didengar dan diraba.
Hal tersebut juga merupakan dasar agama yang melahirkan keimanan kepadaNYA.
Jiwa inilah yang akan mencapai ketenangan dan ketentraman dan
jiwa inilah yang akan mendapatkan penghormatan yang tinggi dan Agung mendapatkan panggilan yang penuh rindu dan kasih sayang-NYA.
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
Seperti yang di firmankan Allah dalam Q.S.Al-Fajr: 27-30 diatas
Oleh karena itu sebuah makna spiritualitas yang baik, tidak dikaitkan atas keimanan dan pengharapannya untuk mendapatkan pujian atau karena ketakutan pada hukuman-NYA.
Akan tetapi idealnya adalah karena ingin mengenal dan mencintai-NYA semata,tanpa alasan apapun itu!
Semua adalah amalan dunia, namun semuanya akan membawa dampak di akhirat dalam kutipan buku,
Dr. Abdul Qodir ‘Audah menyatakan;
“Hukum-hukum Islam dengan segala jenis dan macamnya diturunkan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat".
Oleh karena itu, setiap aktivitas duniawi selalu memiliki aspek ukhrowi.
Maka aktivitas ibadah, sosial kemasyarakatan, persanksian, perundang-undangan atau pun kenegaraan semuanya memiliki pengaruh yang dapat dirasakan di dunia dan akan berimplentasi terhadap perbuatan yang memiliki pengaruh di dunia ini juga memiliki pengaruh lain di akhirat, yaitu pahala dan sanksi akhirat“
Kenyakinan akan titik penting dari semua asfek spiritualitas yaitu cara sempurna dalam menjalani ibadah, berdasarkan cinta.
Bukan karena menginginkan sesuatu keuntungan ataupun oleh ketakutan.
Ini adalah jalan untuk memahami fakta yang mendalam tentang makna spiritual ketika dibandingkan dengan yang terlihat dari bentuk luarnya dalam "Memahami Hidup Memahami Spiritual".
Subhanallah
Nara sumber ;
- Al Qur'an Q.S. Al-Fajr: 27-30:
- Biografi Kahlil Gibran https://id.wikipedia.org/wiki/Kahlil_Gibran
- Biografi Dr. Abdul Qodir ‘Audah dalam presfektif;
Salam "Berbagi itu indah"